berjuang dengan spirit cinta sejati
berjuang dengan spirit cinta sejatiistaajib yaa robby – heni putra …. sambil membaca sambil mendengarkan lagu di bawah ini… hmmm lebih syahdu menyentuh qolbu
Menuju kekuatan cinta
Hidup merupakan sebuah perjuangan jika dihadapkan pada sebuah
cita-cita yang hendak diwujudkan, sebuah cita-cita yang begitu
menghasrat dalam jiwa yang jika tercapai muncul perasaaan bahagia tiada
terkira. Harapan dari perjuangan itu sendiri adalah perubahan dari
keadaan kehidupan menuju keadaan yang lebih baik dan sempurna.
Di dalam perjuangan untuk mengharapkan adanya perubahan, apapun
perubahan itu, memang banyak hal yang harus dilalui, berbagai aral dan
rintangan datang menghadang. Terkadang bahkan pada awalnya kita berpikir
bahwa jalan yang harus kita tempuh untuk mencapai perubahan yang
diinginkan adalah jalan yang tidak wajar, mengingat sepertinya perubahan
yang kita harapkan adalah hal yang sulit dan begitu mengangkasa untuk
digapai.
Ada sebuah key, sebuah kata kunci, agar kita tidak pernah berhenti
untuk berjuang. Apakah itu … kunci itu adalah adalah kita memiliki
kekuatan cinta di dalam hati kita, cinta terhadap apa yang kita
perjuangkan,tak peduli apa yg menjadi cita-cita itu. Jangan pernah untuk
memandang rendah arti kekuatan cinta, karena kekuatan cinta adalah
suatu hal yang dapat memberikan perubahan.
Ada satu point yang harus kita ketahui, kekuatan perubahan itu
bermula ketika adanya ketukan di dalam hati kita. Ketika hati Kita
tergerak, berarti kita sudah ada kesadaran, dan kesadaran itulah yang
akan membuat Kita memiliki kekuatan cinta yang akan membuat satu
perubahan.
Cinta itu begitu kuat, terkadang menembus batas imajinasi, bahkan
lebih kuat dari pada maut. Kekuatan cinta memang luar biasa, namun satu
hal juga yang harus diketahui, bahwa perubahan itu terkadang bersifat
evolutif, begitu lambat. Hanya saja kekuatan cinta yang murni dan ikhlas
memang harus melalui proses pembidikan, bahkan terkadang harus
menggunakan senapan sepuluh kali F16 agar tepat pada sasaran menembus
jantung hati hingga luka. Namun dengan pembidikan yang tepat, kekuata
cinta akan berkobar.
Cinta juga butuh pengasahan, terkadang harus menggunakan pisau yang
diasah sangat tajam yang mampu membuat sisi-sisi hati menjadi luka.
Namun, dengan asahan itulah the power of love yang ada akan teruji.
Di dalam sebuah proses jatuh bangun adalah hal yang wajar, dan itulah
salah satu ujiannya, sanggupkan. Akan ada kesedihan dan deraian air
mata yang tidak sedikit, karena memang ketika kita berada dalam proses
tersebut, kita akan merasakan sakit yang teramat dalam, dan bisa jadi
terbetik dalam hati bahwa perubahan yang diharapkan ibarat sebuah
harapan kosong yang berujung pada menyerah dan berhenti dalam
perjuangan.
But, remember … jangan sekali-kali proses itu membuat kita letih lalu
menyerah dan terus-menerus mengafirmasikan bahwa perubahan yang
diharapkan adalah sebuah harapan kosong dan impian di kala tertidur,
yakin saja melalui proses pengasahan dan linangan air mata, kekuatan
cinta yang yang ikhlas akan menjadi nyata dan menjadi daya yang tak
mampu dihentikan oleh tsunami sekalipun, dan dengan kekuatan cinta yang
telah ada, Kita sanggup memberikan perubahan yang pasti terhadap keadaan
yang memang membutuhkan perubahan.
Bukankah segala sesuatu akan menjadi indah pada waktunya. Jadi jangan
menyerah, jangan menyerah, jangan menyerah. Ujian yang datang hadapi
dengan kerelaan, dalam pengertian hadapi itu. Perubahan pasti akan
terjadi pada waktu yang tepat. Kekuatan cinta akan membius derita
perjuangan.
Percayalah padaku, kali ini saja
, percaya apa? Percayalah bahwa sesuatu yang mungkin untuk diwujudkan
secara rasional, hal itu mungkin diwujudkan secara faktual, sehingga
layak untuk diperjuangkan, tak ada sesuatu yang mustahil jika sesuatu
itu bisa dipikirkan. Miliki respect terhadap apa yang anda pikirkan,
cintai sebuah gambaran yang dinginkan dan perjuangkan.
Cinta pada Allah menumbuhkan Kekuatan yang luar biasa
Ingin kutunjukkan padamu bahwa ada satu cinta yang jika Kita
memilikinya akan menjadikan Kita orang yang takkan pernah putus asa,
sebuah cinta dengan kekuatan yang luar biasa. Ya, ada satu cinta, cinta
yang paling kuat dalam kehidupan dunia ini.
Saat Kita tidak memiliki cinta ini, sungguh betapa celaka diri kita,
indikasi Kita sudah menyia-nyiakan hidup Kita. Kenapa?? Karena Inilah
sebuah cinta yang paling besar. The great of love, satu cinta yang akan
memberikan sebuah kekuatan tak terbatas kecuali maut, sebuah kekuatan
yang memotivasi para mujahid di medan perang. Cinta ini mampu membius
seseorang dari rasa takut mati, rasa takut apapun itu, juga dari rasa
sakit, putus asa, sebuah cinta yang tidak akan pernah membawa apapun
selain kemenangan, tidak takut apa pun, demi sebuah cinta. Cinta apakah
itu? Cinta ini tidak lain dan tidak bukan adalah cinta kepada Allah.
Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. (QS Al Baqarah:165)
Banyak sudah kisah yang teriwayatkan betapa kecintaan pada Allah
telah menumbuhkan semangat perjuangan yang hampir-hampir menembus batas
imajinasi, dia benar-benar nyata. Satu contoh saja pada awal tahun
kedelapan hijriah Rasulullah saw. menyiapkan pasukan tentara untuk
memerangi tentara Rum di Muktah. Beliau mengangkat Zaid bin Haritsah
menjadi komandan pasukan.
Rasululalh saw. bersabda, “Jika Zaid tewas atau cidera, komandan
digantikan Ja’far bin Abi Thalib. Sekitainya Ja’far tewas atau cidera
pula, dia digantikan Abdullah bin Rawahah. Dan, apabila Abdullah bin
Rawahah cidera atau gugur pula, hendaklah kaum muslmin memilih
pemimpin/komandan di antara mereka. ”
Setelah pasukan sampai di Muktah, yaitu sebuah kota dekat Syam dalam
wilayah Yordan, mereka mendapati tentara Rum telah siap menyambut
kedatangan mereka dengan kekuatan 100.000 pasukan inti yang terlatih,
berpengalaman, dan membawa persenjataan lengkap. Pasukan mereka juga
terdiri dari 100 ribu milisi Nasrani Arab dari kabilah-kabilah Lakham,
Judzam, Qudha’ah, dan lain-lain. Sementara, tentara kaum muslimin yang
dipimpin Zaid bin Haritsah hanya berkekuatan 3000 tentara. Kita bisa
bayangkan 100.000 degan perlengkapan perang lengkap dan pasukan terlatih
berbanding 3.000 pasukan dengan bekal iman pada Allah dan Rasulnya.
Apakah mereka lari? Tidak … Begitu kedua pasukan yang tidak seimbang
itu berhadap-hadapanan, pertempuran segera berkobar dengan hebatnya.
Zaid bin Haritsah gugur sebagai syuhada ketika dia dan tentaranya sedang
maju menyerbu ke tengah-tengah musuh.
Melihat Zaid jatuh, Ja’far segera melompat dari punggung kudanya yang
kemerah-merahan, lalu dipukulnya kaki kuda itu dengan pedang, agar
tidak dapat dimanfaatkan musuh selama-lamanya. Kemudian secepat kilat
disambarnya bendera komando Rasulullah dari tangan Zaid, lalu diacungkan
tinggi-tinggi sebagai tkita pimpinan kini beralih kepadanya. Dia maju
ke tengah-tengah barisan musuh sambil mengibaskan pedang kiri dan kanan
memukul rubuh setiap musuh yang mendekat kepadanya. Akhirnya musuh dapat
mengepung dan mengeroyoknya. Sementara dia bersenandung menyanyikan
sajak nan indah.
Wahai … surga nan nikmat sudah mendekat Minuman segar, tercium harum
Tetapi engkau Rum … Rum… Menghampiri siksa
Di malam gelap gulita, jauh dari keluarga Tugasku … menggempurmu ….
Ja’far berputar-putar mengayunkan pedang di tengah-tengah musuh yang
mengepungnya. Dia mengamuk menyerang musuh ke kanan dan kiri dengan
hebat. Suatu ketika tangan kanannya terkena sabetan musuh sehingga
buntung. Maka dipegannya bendera komando dengan tangan kirinya. Tangan
kirinya putus pula terkena sabetan pedang musuh. Dia tidak gentar dan
putus asa. Dipeluknya bendera komando ke dadanya dengan kedua lengan
yang masih utuh. Tetapi,
tidak berapa lama kemudian, kedua lengannya tinggal sepertiga saja
dibuntung musuh. Secepat kilat Abdullah bin Rawahah merebut bendera
komando dari komando Ja’far bin Abi Thalib. Pimpinan kini berada di
tangan Abdullah bin Rawahah, sehingga akhirnya dia gugur pula sebagai
syuhada’, menyusul kedua sahabatnya yang telah syahid lebih dahulu
menemui Dzat yang dicintainya dan atas anugerah surga yang telah
dijajikanya.
Cinta pada Allah sebagai refleksi iman seorang hamba padaNya
Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda:
أَوْثَقُ عُرَى اْلإِيْمَانِ الْحُبُّ فِي اللهِ وَالْبُغْضُ فِي اللهِ. (رواه الترمذي).
“Tali iman yang paling kuat adalah cinta karena Allah dan benci karena Allah.” (HR.At Tirmidzi)
Dalam riwayat lain, Rasulullah juga bersabda:
مَنْ أَحَبَّ لِلَّهِ وَأَبْغَضَ لِلَّهِ وَأَعْطَى لِلَّهِ وَمَنَعَ
لِلَّهِ فَقَدِ اسْتَكْمَلَ اْلإِيْمَانَ. (رواه أبو داود والترمذي وقال
حديث حسن).
“Barangsiapa yang mencintai karena Allah, membenci karena Allah,
memberi karena Allah dan tidak memberi karena Allah, maka sungguh telah
sempurna Imannya.” (HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi, ia mengatakan hadits
hasan).
Jika ada zat di dunia ini yang harus di cintai, yang harus di kagumi,
yang harus dipuja dan dipuji maka dia adalah Allah, zat yang telah
menciptakan langit dan bumi beserta apa yang ada di antara keduanya.
Bukankah ketika seseorang mencintai kecantikan atau ketampanan orang
lain, bukankah wujud itu Allah jua yang menciptakan, bukankah ketika
seseorang mecintai rumah, sawah ladang dengan aneka buah-buahan Allah
juga yang telah menciptakanNya. Bukankah segala yang ada dalam kehidupan
ini karena diadakan oleh Allah. Oleh karenanya sudah sepantasnya jika
kecintaan pada Allah harus menempati posisi paling tinggi jika harus
dibandingkan dengan kecintaan terhadap apa-apa yang telah diwujudkan
oleh Allah, yang mengundang hasrat cinta dalam diri manusia.
Inilah kecerdasan mencintai (LOVING INTELEGENT) yang sudah seharusnya
dimiliki oleh seluruh manusia yang meyakini bahwa segala yang ada
berawal dari ketiadaan lalu Allah menjadikannya ada. Oleh karena itulah
Allah membuat ancaman:
“Katakanlah jika babak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri
isteri, keluarga, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang
kamu khuwatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah tinggal yang kamu sukai;
itu lebih kamu cintai daripada Allah dan RasulNya, dan daripada berjihad
di jalanNya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusanNya”
(QS. At taubah, 24).
Menumbuhkan cinta pada Allah
cinta senantiasa berkaitan dengan amal. Dan amal sangat tergantung
pada keikhlasan hati, disanalah cinta Allah berlabuh. Itu karena Cinta
Allah merupakan refleksi dari disiplin keimanan dan kecintaan yang
terpuji, bukan kecintaan yang tercela yang menjerumuskan kepada cinta
selain Allah.
Agar kecintaan seorang hamba pada Allah senantiasa bersemi, cinta itu
harus senantiasa dipupuk, karena banyak hal yang dapat menyeret seorang
hamba mencintai makhluk melebihi kecintaannya pada Allah. Di bawah ini
merupakan hal-hal yang bisa dilakukan untuk pendekatan pada Allah agar
cinta tumbuh dan berkembang sekaligus bersemi, hingga membuahkan
kekuatan cinta karena Allah.
1. Membaca al-Qur’an dengan merenung dan memahami kandungan maknanya
sesuai dengan maksudnya yang benar. Itu tidaklain adalah renungan
seorang hamba Allah yang hafal danmampu menjelaskan al-Qur’an agar
dipahami maksudnya sesuai dengan kehendak Allah swt. Al-Qur’an merupakan
kemuliaan bagi manusia yang tidak bisa ditandingi dengan kemuliaan
apapun. Ibnu Sholah mengatakan “Membaca Al-Qur’an merupakan kemuliaan,
dengan kemuliaan itu Allah ingin memuliakan manusia di atas mahluk
lainnya. Bahkan malaikat pun tidak pernah diberi kemuliaan semacam itu,
malah mereka selalu berusaha mendengarkannya dari manusia”.
2. Taqarub kepada Allah swt, melalui ibadah-ibadah sunnah setalah
melakukan ibadah-ibadah fardlu. Orang yang menunaikan ibadah-ibadah
fardlu dengan sempurna mereka itu adalah yang mencintai Allah. Sementara
orang yang menunaikannya kemudian menambahnya dengan ibadah-ibadah
sunnah, mereka itu adalah orang yang dicintai Allah. Ibadah-ibadah
sunnah untuk mendekatkan diri kepada Allah, diantaranya adalah:
shalat-shalat sunnah, puasa-puasa sunnah,sedekah sunnah dan
amalan-amalan sunnah dalam Haji dan Umrah.
3. Melanggengkan dzikir kepada Allah dalam segala tingkah laku,
melaui lisan, kalbu, amal dan perilaku. Kadsar kecintaan seseorang
terhadap Allah tergantung kepada kadar dzikirnya kepadaNya. Dzikir
kepada Allah merupakan syiar bagi mereka yang mencintai Allah dan orang
yang dicintai Allah. Rasulullah s.a.w. pernah bersabda: “Sesungguhnya
Allah aza wajalla berfirman :”Aku bersama hambaKu,s elama ia mengingatKu
dan kedua bibirnya bergerak (untuk berdzikir) kepadaKu”.
4. Cinta kepada Allah melebihi cinta kepada diri sendiri.
Memprioritaskan cinta kepada Allah di atas cinta kepada diri sendiri,
meskipun dibayang-bayangi oleh hawa nafsu yang selalu mengajak lebih
mencintai diri sendiri. Artinya ia rela mencintai Allah meskipun
beresiko tidak dicintai oleh mahluk. Inilah derajat para Nabi, diatas
itu derajat para Rasul dan diatasnya lagi derajat para rasulul Ulul
Azmi, lalu yang paling tinggi adalah derajat Rasulullah Muhammad s.a.w.
sebab beliau mampu melawan kehendak dunia seisinya demi cintanya kepada
Allah.
5. Kontinuitas musyahadah (menyaksikan) dan ma’rifat (mengenal) Allah
s.w.t. Penglihatan kalbunya terarah kepada nama-nama Allah dan
sifat-sifatNya. Kesadaran dan penglihatan kalbunya berkelana di taman
ma’rifatullah (pengenalan Allah yang paling tinggi). Barang siapa
ma’rifat kepada asma-asma Allah, sifat-sifat dan af’al-af’al Allah
dengan penyaksian dan kesadaran yang mendalam, niscaya akan dicintai
Allah.
6. Menghayati kebaikan, kebesaran dan nikmat Allah lahir dan batin
akan mengantarkan kepada cinta hakiki kepadaNya. Tidak ada pemberi
nikmat dan kebaikan yang hakiki selain Allah. Oleh sebab itu, tidak ada
satu pun kekasih yang hakiki bagi seorang hamba yang mampu melihat
dengan mata batinnya, kecuali Allah s.w.t. Sudah menjadi sifat manusia,
ia akan mencintai orang baik, lembut dan suka menolongnya dan bahkan
tidak mustahil ia akan menjadikannya sebagai kekasih. Siapa yang memberi
kita semua nikmat ini? Dengan menghayati kebaikan dan kebesaran Allah
secara lahir dan batin, akan mengantarkan kepada rasa cinta yang
mendalam kepadaNya.
7. Ketertundukan hati secara total di hadapan Allah, inilah yang
disebut dengan khusyu’. Hati yang khusyu’ tidak hanya dalam melakukan
sholat tetapi dalam semua aspek kehidupan ini, akan mengantarkan kepada
cinta Allah yang hakiki.
8. Menyendiri bersama Allah ketika Dia turun. Kapankan itu? Yaitu
saat sepertiga terakhir malam. Di saat itulah Allah s.w.t. turun ke
dunia dan di saat itulah saat yang paling berharga bagi seorang hamba
untuk mendekatkan diri kepadaNya dengan melaksanakan sholat malam agar
mendapatkan cinta Allah.
9. Bergaul dengan orang-orang yang mencintai Allah, maka iapun akan mendapatkan cinta Allah s.w.t.
10. Menjauhi sebab-sebab yang menghalangi komunikasi kalbu dan Al-Khaliq, Allah subhanahu wataala.
Saatnya berjuang dengan spirit cinta kepada Allah
Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. (QS Al Baqarah:165)
Kecintaaan pada Allah menumbuhkan cinta terhadap apa yang dicintainya
dan menumbuhkan kebencian terhadap apa yang dibenci oleh Allah. Oleh
karena itu meskipun seseorang memiliki saudara yang dia cintai, tetapi
saudaranya itu mendurhakati Allah, memusuhi dan menentang Allah, rasa
cinta yang secara fitroh ada dalam diri manusia terhadap keluarganyapun
akan berubah menjadi kebencian. Inilah kekuatan cinta.
“Kamu tidak akan mendapatkan suatu kaum yang beriman kepada Allah dan
hari akhirat, saling kasih sayang dengan orang yang menentang Allah dan
RasulNya, sekalipun orang orang itu bapak-bapak, anak-anak
sauadara-saudara ataupun saudara keluarga mereka.” (Al-Mujadalah: 22)
demikian juga ketika kita menghasratkan sesuatu yang begitu kita
ingin namun hal itu tidak diridloi oleh Allah, maka kekuatan cinta akan
mengalihkan perasaan itu, dan kita akan mengurungkan niat untuk
mewujudkan apa yagn kita senangi itu. Bukankah boleh jadi kita mencintai
sesuatu yang dibenci Allah dan sebaliknya?
Inilah sebuah kenyataan tentang cinta bahwa kita harus memberikan
kecintaan dan kesetiaan kita hanya kepada Allah semata. Kita harus
mencintai terhadap sesuatu yang dicintai Allah, membenci terhadap segala
yang dibenci Allah, ridla kepada apa yang diridlai Allah, tidak ridla
kepada yang tidak diridlai Allah, memerintahkan kepada apa yang
diperintahkan Allah, mencegah segala yang dicegah Allah, memberi kepada
orang yang Allah cintai untuk memberikan dan tidak memberikan kepada
orang yang Allah tidak suka jika ia diberi.
Oleh karena itu hedaklah sebuah cita-cita yang hendak kita wujudkan
dalam hidup ini tidak berseberangan terhadap apa apa yang telah
diturunkan kepada Allah. Bagaimana mungkin kita ingin menjadikan Allah
sebagai spirit dalam perjuangan hidup kita kalau yang kita perjuangkan
sendiri tidak dicintai oleh Allah, ironiskan?
InsyaAllah jika sudah terbentuk spirit perjuangan yang didasarkan
cinta pada Allah, maka tidak ada satu kekuatan yang mampu
melumpuhkannya, meskipun terkadang harus terhenti untuk memikirkan
strategi yang lebih taktis lagi dalam memperjuangkannya.
satu hal lagi, bahwa perjuangan yang dilandasi oleh cinta pada Allah
yang memiliki konsekuensi logis menjadikan Islam sebagai landasan
perjuangannya, maka hal itu akan bernilai ibadah, siapa hamba yang tidak
mau beribadah kepadaNya?
inilah yang akan mewujudkan kontinuitas dalam berjuang, yaitu
semuanya dilakukan karena cinta pada Allah, untuk kemudliaan dan
keagungan namaNya, bukankah diri ini hanyalah bagian dariNya, mengapa
harus egois dengan melupakan namaNya saat meraih dan berjuang menggapai
angan dan cita-cita?
terakhir, sebuah petikan “jadikanlah hidup ini menjadi lebih
bermakna, dengan menjadikan cinta, untuk Allah semata” artinya: cinta
kepada selain Allah hanyalah derivasi dari cinta kepada Allah. So, let’s
strugle, work and pray.
wallahua’lam.